CETAK SPANDUK _ FREE DESIGN
Nyetak spanduk tidak perlu keluar rumah,
anda cuma perlu mengkonsep desain dan kirim
via WhatsApp kepada kami, selanjutnya kami aproof
dan akami antar sepanduk anda ...
Rabu, 06 September 2017
Senin, 04 September 2017
Islam Bukan Prasmanan
ISLAM BUKAN AGAMA PRASMANAN
Oleh:
Abdullah Zaen, Lc., MA
Prasmanan, adalah sebuah istilah yang
tidak asing di telinga kebanyakan kita. Yakni cara menjamu makan dengan
mempersilakan tamu mengambil dan memilih sendiri hidangan yang sudah ditata
secara menarik di beberapa meja. Mana yang ia suka; ia ambil. Sebaliknya yang
tidak ia suka; ia tinggalkan. Model penyajian makanan seperti ini banyak
ditemukan dalam resepsi pernikahan dan yang semisal.
Prasmanan dalam pandangan Islam
boleh-boleh saja. Tentu selama yang disajikan adalah makanan dan minuman yang
halal, serta tidak berlebih-lebihan.
Lantas mengapa artikel ini berjudulkan,
“Islam bukan agama prasmanan”?. Jawabannya karena sebagian kaum muslimin
menyikapi ajaran Islam seperti prasmanan. Alias, mana ajaran yang ia suka; ia
pakai. Adapun ajaran yang tidak ia sukai; maka ia tinggalkan.
Pola prasmanan dalam beragama seperti
ini tidak bisa diterima dalam Islam.
Allah ta’ala menegaskan,
Artinya: “Apakah kalian mengimani sebagian isi Kitab lalu ingkar terhadap
sebagian yang lain? Tidak ada balasan (yang pantas) bagi orang yang berbuat
demikian di antara kalian, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia. Dan pada
hari kiamat kelak mereka akan dimasukkan ke dalam azab neraka yang sangat
pedih. Allah sama sekali tidak lengah mencatat semua perbuatan kalian.” QS.
Al-Baqarah (2): 85.
Islam adalah pedoman hidup yang
lengkap dan sempurna. Allah ta’alamengaruniakannya
kepada kita, untuk mengatur seluruh aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita
harus menerima dan berusaha mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita
ambil setengah-setengah. Dalam arti salah satu ajarannya kita amalkan,
sementara ajarannya yang lain kita tolak.
Banyak orang ketika shalat
menggunakan tata cara Islam, tapi sayang ketika berbisnis ia tidak mau diatur
oleh Islam. Ada yang dalam berhaji memakai fikih Islam, namun saat berideologi
dan berkeyakinan, ia memilih untuk mengadopsi akidah agama lain.
Ada juga yang saat berpuasa konsisten
dengan tata cara Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta. Tapi saat
berpolitik ia tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam, sehingga
menghalalkan segala cara. Berdusta dengan topeng pencitraan, memfitnah,
menyuap, melakukan money politic, bermain
culas dan berkorupsi. Amat disayangkan, banyak yang punya anggapan, “Ini adalah
masalah politik, bukan urusan agama”. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh
menghalalkan segala cara.
Padahal sesungguhnya Islam,
sebagaimana mengatur tata cara shalat dan puasa, Islam juga mengatur tentang
etika berbisnis dan mengatur urusan negara. Islam sebagaimana mengatur tentang
keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang hukum dan tata cara berbusana.
Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari bangun tidur hingga tidur lagi,
bahkan ketika tidur. Mengatur manusia dari lahir hingga menguburnya saat mati.
Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi hingga mengatur bangsa dan negara, bahkan
dunia.
Beragama secara parsialitas, itu
adalah salah satu trik setan dalam menyesatkan bani Adam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman, masuk Islamlah kalian secara kâffah (totalitas), dan
janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh
yang nyata bagi kalian”. QS. Al-Baqarah (2): 208.
Mari kita tinggalkan pola prasmanan
dalam beragama! Sebab Islam bukan agama prasmanan…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwulu
Langganan:
Komentar (Atom)
PLAKAT AKRILIK
Plakat akrilik adalah kerajinan modern yang sangat banyak dicari oleh konsumen . Selain proses pembuatannya yang sederhana, plakat jenis i...


